Bulu tangkis bisa dikatakan sebagai olahraga di mana Indonesia mampu bersaing di level dunia. Bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang identik dengan bulu tangkis. Pastinya ada alasan dibalik semua ini.
Sejak Indonesia mengikuti Olimpiade, tidak ada olahraga selain bulu tangkis yang mampu mempersembahkan medali emas. Bahkan Indonesia merupakan negara tersukses kedua di cabang olahraga ini setelah Tiongkok.
Sejak bulu tangkis menjadi bagian dari Olimpiade sejak tahun 1992 di Barcelona, Spanyol, Indonesia mempunyai tradisi emas dalam bulu tangkis meski sempat terputus pada Olimpiade 2012 di London, Inggris. Tidak ada medali sama sekali dari bulu tangkis saat itu. Yang dibawa pulang justru rasa malu akibat kejadian tidak sportif di sebuah acara bulu tangkis.
Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade London 2012 dibalas dengan sebuah medali emas di Olimpiade berikutnya di Rio De Janeiro, Brasil. Saat itu medali emas dipersembahkan oleh pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang mengalahkan pasangan asal Malaysia di babak final.

Yang terbaru, tim bulu tangkis Indonesia kembali mempersembahkan medali emas satu-satunya dalam Olimpiade Tokyo 2020. Peraihnya adalah pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang mengalahkan wakil Tiongkok di babak final. Nomor yang digadang-gadang milik tuan rumah Jepang, Tiongkok, atau Korea Selatan ini ternyata jatuh ke tangan pemain Indonesia yang tidak diunggulkan (unseeded).
Di Tokyo, medali emas Greysia Polii dan Apriyani Rahayu ditemani oleh medali perunggu Anthony Sinisuka Ginting yang mengalahkan pemain fenomenal asal Guatemala di perebutan medali perunggu. Lawan Ginting yang sempat menjadi sensasi dunia bulu tangkis itu bernama Kevin Cordón.
Kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Tokyo menjadikan Indonesia negara kedua setelah Tiongkok yang mampu meraih medali emas di semua nomor. Ini adalah bukti konkret bahwa bulu tangkis sudah menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia.
Tidak hanya kesuksesan di ajang-ajang bergengsi, fans bulu tangkis Indonesia juga dikenal sangat terobsesi dengan bulu tangkis. Mereka dikenal sangat royal kepada atlet bulu tangkis mana pun yang mereka kenal, bahkan dari luar negeri. Atlet-atlet luar saat bertanding di Indonesia sering menjadi bintang dadakan, meski atlet tersebut kurang menonjol di lapangan.
Istora Senayan, arena bersejarah yang dibangun sebagai salah satu venue Asian Games 1962 di Jakarta, menjadi salah satu tempat paling seru untuk menyaksikan pertandingan bulu tangkis. Tidak hanya dari mata penonton, tetapi banyak atlet yang merasa senang bermain di sini.

Tidak ada arena bulu tangkis di dunia ini yang ‘seberisik’ Istora Senayan. Saat ada atlet Indonesia bermain, seluruh stadion akan dipenuhi suara-suara dukungan yang saling sahut menyahut. Bahkan mungkin penonton sama sekali tidak peduli dengan atlet lain yang bermain di lapangan sebelah.
Kemeriahan itulah yang akhirnya menjadi ciri khas turnamen bulu tangkis di Istora dan arena lain di Indonesia pada umumnya. Kemeriahan itu bahkan menjadi hal yang membuat sebagian atlet merasa kangen bermain di Istora. Tak hanya itu, keramahan orang Indonesia menjadi pernak-pernik lain yang membuat turnamen bulu tangkis di Istora sangat memorable.
Meski Indonesia baru menggelar turnamen bulu tangkis Indonesia Terbuka sejak tahun 1982, namun Federasi Bulu Tangkis Dunia atau BWF mempercayakan turnamen Super 1000 kepada Indonesia. Ini adalah level paling tinggi dalam gelaran BWF World Tour, yang saat ini hanya ada tiga turnamen, yaitu Indonesia Open, All England Open, dan China Open. Di antara ketiganya, Indonesia Open menawarkan hadiah paling tinggi.
Jadi, apa rahasia di balik cinta mati Indonesia pada bulu tangkis?
Sistem Klub yang Maju
Sepak bola di Eropa bisa maju karena salah satunya didukung sistem klub yang maju. Begitu pun dengan bulu tangkis di Indonesia. Sistem klub yang maju membuat Indonesia tidak kekurangan pemain-pemain berbakat. Meski demikian, mereka perlu diasah lebih lanjut untuk menjadi pemain dunia.
Sistem klub yang maju dapat menjadi kunci dalam mengidentifikasi fenomena bulu tangkis di Indonesia. Klub-klub bulu tangkis atas benar-benar sangat kompetitif, didanai dengan baik, dan selalu mencari-cari talenta baru dari berbagai pelosok negeri.
Pada akhirnya, klub-klub ini banyak melahirkan pemain berbakat seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan (PB Djarum), Hendra Setiawan dan Greysia Polii (PB Jaya Raya), dan masih banyak lagi yang lainnya. Adanya mereka-mereka ini menunjukkan kalau sistem klub bulu tangkis di Indonesia berada di tingkat maju, setara dengan klub-klub sepak bola di Eropa atau klub-klub tenis di Amerika Serikat.
Media yang Ramai Memberitakan
Sebagai olahraga yang sukses menaikkan derajat Indonesia di panggung internasional, jurnalis-jurnalis dari berbagai tingkat media pastinya bersemangat untuk meliput bulu tangkis. Para jurnalis ini memiliki peran yang sangat penting dalam mengenalkan olahraga ini ke berbagai pelosok negeri.
Bahwa kita sangat berprestasi dalam bulu tangkis, bahwa kita mampu menjadi salah satu yang terbaik di dunia, menjadi pengaruh besar untuk banyak orang untuk mulai bermain dan menyukai bulu tangkis. Hasilnya seperti survei Nielsen Sports yang dilakukan pada Mei 2020 menempatkan bulu tangkis sebagai olahraga terpopuler di Indonesia, mengalahkan sepak bola dan olahraga-olahraga populer lainnya. Hebat, bukan? Kepada jurnalis-jurnalis bulu tangkis, terima kasih, ya.
Kesimpulan
Banyaknya atlet-atlet bulu tangkis hebat Indonesia yang lahir dari klub-klub yang juga hebat, menjadi role model bagi anak-anak di Indonesia untuk menjadi atlet yang beprestasi. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga Indonesia tidak akan kekurangan talenta-talenta hebat di masa depan.
Di sisi lain, pemberitaan media yang masif juga berpengaruh besar terhadap perkembangan olahraga ini di Tanah Air. Mereka memberi tahu setiap orang, terutama anak-anak bahwa siapa saja bisa sukses lewat bulu tangkis, bahwa bulu tangkis dapat mengubah hidup seseorang, dari yang biasa menjadi luar biasa.
Jika hal-hal di atas terus berjalan dengan baik, maka cinta gila Indonesia pada bulu tangkis tidak akan pernah berakhir.